
Kunci Mengendalikan Kadar Gula Darah bagi Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
- by admin
Penderita Dibates Melitus umumnya mengendalikan kadar gula darah dengan menjaga asupan makanan dan minuman serta minum obat. Upaya tersebut ternyata belum tentu mampu menstabilkan kadar gula darah. Masih ada satu indikator kunci yang menjadi pedoman para ahli, yakni nilai HbA1c.
Kadar hemoglobin A1c atau HbA1c merupakan ukuran yang signifikan digunakan dalam pengobatan diabetes tipe 2. Ketua Umum Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia atau PB Perkeni, Ketut Suastika mengatakan penderita Diabetes Melitus yang sudah mengikuti pedoman klinis dan mengendalikan indeks glikemik dalam darah belum tentu mampu menurunkan nilai HbA1c hingga mencapai target kurang dari tujuh persen.
“Mencapai target nilai HbA1c menjadi penting karena dapat mengurangi komplikasi mikrovaskuler, menurunkan angka penyakit kardiovaskular secara jangka panjang jika diterapkan pada pasien yang baru terdiagnosis, dan menurunkan angka kematian terkait diabetes,” kata Ketut Suastika dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Senin 9 Agustus 2021. HbA1c merupakan indikator penting untuk mengendalikan kadar gula darah jangka panjang karena pengukuran HbA1c menjadi cara yang paling akurat untuk menentukan kadar gula darah selama dua sampai tiga bulan terakhir.
Metode yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar hemoglobin A1c atau HbA1c ini adalah terapi GLP-1 RA atau glucagon-like peptide-1 receptor agonist. Ini adalah terapi berbasis inkretin yang mengendalikan cara kerja pankreas. Tak seperti terapi diabetes pada umumnya yang mengharuskan pasien minum obat setiap hari, terapi obat ini dikonsumsi seminggu sekali hingga pasien mencapai target gula darah mereka.
Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia atau PB PAPDI, Sally A. Nasution mengatakan studi menunjukkan sekitar 75 persen pasien diabetes tipe-2 berisiko terkena penyakit kardiovaskular sampai penyakit ginjal kronis. “Glukosa darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah di ginjal. Ketika pembuluh darah rusak, ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik,” katanya.
Direktur Indonesian Diabetes Institute, Sidartawan Soegondo mengingatkan pangkal dari berbagai risiko penyakit ini adalah kelebihan berat badan. “Studi menunjukkan sekitar 70 persen pasien diabetes di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas,” katanya. Persoalannya, menurut dia, meski sudah menjalani berbagai terapi dan mengikuti pola hidup sehat, beberapa pasien masih kesulitan mengurangi berat badan mereka.
Sekitar 80 persen atau empat dari lima penderita Diabetes Melitus tipe dua yang menjalani pengobatan dengan GLP-1 RA, menurut Suastika, berhasil mencapai tingkat HbA1c di bawah tujuh persen. Selama uji klinis, dia menjelaskan, metode ini juga mampu menurunkan berat badan hingga lebih dari lima persen. “Pengobatan ini juga mengurangi risiko penyakit kardiovaskular sebesar 26 persen dan mengurangi risiko gangguan ginjal sebesar 36 persen,” katanya.
Suastika melanjutkan, perlu pendekatan multifaktorial dan metode pengobatan yang berbeda dalam menangani diabetes tipe 2. “Perlu standar baru untuk pengobatan diabetes tipe 2,” katanya. “Jika kondisinya dikelola dengan baik, maka risiko komplikasi yang dapat mengancam jiwa dapat berkurang.”
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 berisiko terkena penyakit kardiovaskular dan penyakit ginjal. Mulai dengan mengendalikan berat badan.